Sabtu, 30 Oktober 2010

Ilmu Silat di Kabupaten Lima Puluh Kota

Kabupaten Lima Puluh Kota
Beragam aliran silat Minangkabau banyak berkembang di Luak Nan Bungsu ini ,sama dengan daerah Minang lainnya istilah pencak silat di daerah ini memiliki dua pengertian. Untuk beladiri, masyarakat Minangkabau hanya menyebut istilah silek (silat), sedangkan pencak (pancak, mancak) digunakan untuk pertunjukan silat yang lebih mementingkan aspek keindahan atau disebut juga dengan silat seni.
  • Silat Tuo - Aliran silat yang dianggap paling tua yang turun dari daerah Pariangan, Padang Panjang,berkembang di kabupaten Lima Puluh Kota tetap dengan nama Silat Tuo tetapi penulis pernah bertemu dengan salah satu anak alm. Syekh Abdurrahman Kumango yang bernama Bpk Ismail Rahman dan penulis meminta sejarah silat Kumango dari beliu, dalam tulisan ketikaan yang beliau serahkan dijelaskan bahwa silat kumango juga bernama silat tuo dan ada  pendapat lain seperti yang ditulis pada situs wikipedia yang mengatakan bahwa silat ini mulanya dikembangkan oleh Tuanku Nan Tuo, salah seorang anggota Harimau Nan Salapan atau golongan paderi. Jika pendapat ini diterima, maka "Silat Tuo" di Minangkabau terinspirasi dari gerakan binatang seperti harimau, buaya dan kucing.
  • Silat Bungo - atau di kabupaten Lima Puluh Kota dikenal dengan nama Bungo Silek atau Sewa salah satu aliran silat Minang yang menekankan gerak pada aplikasi seni pencak silat, silat ini bukan untuk bertempur, melainkan untuk peragaaan di acara-acara adat atau acara formal lain.
  • Silat Sitaralak, Sterlak, Starlak - aliran silat keras dan kuat dari Minangkabau, dikembangkan oleh Ulud Bangindo Chatib (1865) dari Kamang (dekat Bukittinggi)[1], Kabupaten Agam, berkembang di Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota sampai ke wilayah Sawahlunto. Ada pendapat yang mengatakan bahwa aliran ini dirancang untuk menghadapi gerakan Silat Tuo. Gerakan Silat Tuo terinspirasi dari gerakan-gerakan binatang seperti harimau, kucing, dan buaya. Karakter khas silat jenis ini adalah menyerang disaat lawan akan menyerang. Silat ini menyebar dan berkembang di Malaysia dan terus ke Amerika.
  • Silat Kumango - salah satu aliran silat di Minangkabau yang dikembangkan oleh Syeikh Kumango, dari nagari Kumango, Batusangkar, Kab. Tanah Datar
  • Silat Pauah (Pauah) - aliran silat di Minangkabau yang berasal dari kampung Pauah, Kota Padang. Silat ini adalah silat termuda dan ada yang menganggap merupakan sari atau kompilasi (gabungan) dari hampir semua aliran silat yang ada di Minangkabau, silat ini khusus untuk berperang, sebab di Pauah, Padang merupakan salah satu basis perjuangan masyarakat Minangkabau melawan penjajah di masa dahulunya. Aliran ini juga berkembang menjadi satu aliran silat di Kabupaten ini.
  • Silat Lintau - aliran silat di Minangkabau yang berasal dari kampung Lintau, Batusangkar, Kab. Tanah Datar dan juga berkembang ke Payakumbuh / Lima Puluh Kota
  • Silat Harimau - salah satu aliran silat di Minangkabau yang menekankan pada permainan bawah.
  • Silat Pangian - awalnya berasal dari wilayah Lintau dan sekitarnya yang dimiliki petinggi kerajaan Minangkabau. Silat ini berkembang di rantau Minangkabau, Kuantan, Propinsi Riau
  • Silat Duduk - salah satu aliran silat yang menekankan bermain silat dalam keadaan duduk atau rendah, namun silat duduk bisa juga memiliki pengertian lain, bahwa di sini murid tidak berlatih silat secara fisik, namun mengembangkan nalar dan logika.
  • Silat Gajah Badoroang - berkembang di wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjuang.
  • Silat Luncua (Luncur)- yang dikembangkan oleh Pakiah Rabun berkembang di daerah Alam Surambi Sungai Pagu, Kabupaten Solok.
  • Silat Gaib - suatu aliran silat yang bisa memainkan gerakan silat milik peguruan orang lain darimana saja.
  • Silat Tiang Ampek, termasuk silat tuo yang berkembang keluar dari Batipuh, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar waktu perang Batipuah melawan Belanda setelah perang paderi. Berkembang dulunya di Palembayan, simpang Batuhampar, Piladang, Tanjuang Alam- Agam, Sumarasok, Padang Tarok, Tanjuang Alam-Tanah Datar dan Tabek Patah. Silat tuo ini waktu pengembangan banyak disurau-surau yang guru-guru tuanya pengikut tarikat ( satariah ??? belum pasti, tetapi di dalam doa/tawasul, mereka menyebut Syech Burhanudin/Aba Burhan ) Silat ini bukan silat yang indah gerakannya tetapi silat praktis. Didaerah-daerah yang tersebut diatas cara-cara pengajarannya berbeda-beda;
    • 1. ada yang silat saja yang urutan-urutannya tergantung guru mengajar , dan
    • 2. ada yang diajarkan dikalangan terbatas dengan pelajaran selain silat ,juga agama, adat,pengobatan. silat ini diajarkan sesudah bulan Ramadhan istrahat sebelum Ramadhan (7 x 40 hari atau 9 bulan 10 hari. Silat dengan cara ke dua diatas itu sendiri ada 4 tingkatan:
    • (1). Maapa langkah jo sambuik (menghapal langkah dan sambut).
    • (2). Manyambuang langkah jo sambuik (menyambung langkah dan sambut)
    • (3). Bagaluik. (gelut)
    • (4). Maambiak raso (menyambil rasa, kira-kira sama dengan silat ghaib) tingkat empat ini babiliak ketek (murid terpilih diajar khusus) dalam ilmu bathin (gumam bathin). Saat ini perguruan ini sudah jarang terdengar karena umum tumbuh dilingkungan terbatas.
  • Silat Balubuih, Silat yang dikembangkan oleh Syech Balubuih dinegri Balubuih kabupaten Lima Puluh Kota. Syech Balubuih dan Syech Kumango pernah sama-sama menimba ilmu agama dan tarikat kepada Syech Abdurahman di Batu Ampar kabupaten Lima Puluh Kota (dulunya dinamakan Luhak Lima Puluh Koto.
  • Silat Sungai Patai, Silat yang berkembang di Nagari Sungai Patai Tanah Datar.
  • Silat Lintau, Berasal dari daerah Lintau Buo Kab.Tanah Datar, Sumatera Barat. Silat ini merupakan silat yang terkenal di Minangkabau, dengan dasar Lahkah Ompek (Langkah Empat) dan ada juga dengan Langkah Duo Boleh(Dua Belas). Silat lintau memili guru silat di hampir 9 koto (daerah) di lintau yang masing-masingnya memiliki gaya tersendiri namun tetap berdasarkan langkah yang sama.

[sunting]

Jumat, 29 Oktober 2010

5 Tempat Wisata Sejarah di Lima Puluh Kota


Selamat Datang.


Ini adalah blog Kabupaten Lima Puluh Kota sukses. Blog ini akan berbagi dengan anda tentang prestasi & hal-hal luar biasa yang ada dikabupaten ini.
Ekonomi,Pendidikan,Sosial, wisata alam, wisata sejarah dan budaya, wisata religius dan atraksi ketangkasan dll

A.WISATA  RELIGIUS



1.Kuburan Keramat dan Surau Tuo Taram

Nama Objek Wisata : Kuburan Keramat dan Surau Tuo Taram
Jenis : Objek Wisata Religi
Luas : ± 1,00 Ha
Lokasi : Nagari Taram, Kecamatan Harau
Jarak dari IKK : ± 9,00 Km
Jarak dari IK Provinsi : ± 136,00 Km
Sarana transportasi yang tersedia ke objek wisata : Kendaraan pribadi, oplet, taksi dan kendaraan roda dua
Fasilitas Objek Wisata : 1. Panorama Alam
2. Kolam Pemandian
3. Bumi Perkemahan
Kegiatan yang bisa dilakukan : Ziarah kubur sambil menikmati pemandangan alam
Atraksi pada objek wisata : Menyaksikan Keindahan alam
Narasi Objek Wisata : Makam keramat ini terletak di Kenagarian Taram, Kecamatan Harau ± 5 km dari kota Payakumbuh. Objek wisata budaya ini dapat dicapai dengan mudah menggunakan angkutan pedesaan maupun kendaraan pribadi. Makam Keramat Taram ini adalah makam Syech Ibrahim Mufti yang merupakan salah satu penyebar
agama Islam di daerah ini. Beliau bukanlah penduduk asli, melainkan seorang pendatang yang berasal dari negeri Irak di Timur Tengah dan merupakan murid dari Syech Abdul Rauf dari Aceh, semasa Kerajaan Samudera Pasai.
Sebagai seorang penyebar agama Islam, beliau mempunyai banyak kesaktian diantaranya :
Pernah suatu kali beliau sedang bercukur, mendadak beliau minta izin untuk meninggalkan tukang cukurnya sebentar, katanya beliau harus pergi ke Mekah untuk menyelamatkan kota Mekah yang sedang terbakar. Beliau menghilang dan beberapa saat kemudian muncul kembali. Beberapa bulan kemudian ada orang yang pulang dari Mekah, mengatakan bahwa sewaktu beliau menunaikan ibadah haji, kota Mekah kebakaran, tetapi musibah itu dapat diatasi atas bantuan seseorang yang hanya memiliki rambut pada sebelah bagian kepalanya. Dari peristiwa itu masyarakat tahu akan kesaktian Syech Ibrahim Mufti yang kemudian dikenal dengan Syech yang Bercukur Sebelah
Konon kabarnya ikan yang sekarang berkembang biak di Taram, berasal dari ikan yang dilepaskan kembali oleh Syech Ibrahim Mufti setelah setengah bagian ikan tersebut dibakar/dimasak oleh salah seorang muridnya.
Pada tahun 1996 keturunan atau keluarga Syech Ibrahim Mufti yang berada di Irak berziarah di Taram dan menceritakan sebuah kejadian pada masa lalu dimana salah seorang cucunya menemui beliau semasa hidupnya dan sewaktu kembali ke Irak, sesampai di Laut Tengah, kapalnya kandas dan miring akan tenggelam. Syech Ibrahim Mufti yang berada jauh di Taram mengetahuinya dan segera menceburkan diri ke tabek gadang (kolam) disamping Surau Tuo yang dijadikan beliau sebagai media untuk menuju Laut Tengah. Beliau berhasil menyelamatkan kapal tersebut dan mengangkatnya sehingga bisa berlayar kembali dengan selamat dan setelah itu beliau muncul kembali diTaram.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan dan dimana meninggalnya Syech Ibrahim Mufti karena beliau sering berkelana. Karena sudah lama tidak pulang ke Taram, murid-muridnya berusaha mencari, bahkan anaknya yang bernama Syech Muhammad Jamil, meninggal dalam pencarian itu. Sampai akhirnya pada suatu malam salah seorang muridnya bermimpi bertemu beliau dan dalam mimpi itu dikatakan bahwa beliau sudah meninggal dan kalau ingin melihat kuburannya, lihatlah pada malam tanggal 27 Rajab.
Setelah mengikuti petunjuk gurunya, maka pada malam itu terlihatlah cahaya muncul dari bumi dan menembus langit, berasal dari tempat makam beliau sekarang ini, yaitu disamping Surau Tuo tempat beliau mengajar murid-muridnya yang sampai saat ini masih berdiri dengan gagah.
Pemeliharaan Surau Tuo dan Makam Keramat Taram ini menjadi tanggung jawab 7 Pasukuan didaerah ini, yaitu Sumpadang, Simabur, Pitopang, Melayu, Piliang Laweh, Piliang Gadang dan Bodi, yang bergiliran setiap 3 tahun dengan menjadi Imam, Kotik dan Bilal.


Peluang Investasi : 1. Sarana Akomodasi yang islami
2. Taman dan sarana Bermain
3. Restoran
B. WISATA BUDAYA

1.Batu Nan Limo

Nama Objek Wisata : Batu Nan Limo
Jenis : Objek Wisata Sejarah Dan Purbakala
Luas : ± 0,00 Ha
Lokasi : Nagari Koto Tangah Simalanggang Kecamatan Payakumbuh
Jarak dari IKK : ± 8,00 Km
Jarak dari IK Provinsi : ± 138,00 Km
Sarana transportasi yang tersedia ke objek wisata : Taksi, Oplet, Ojek dan Becak Wisata
Fasilitas Objek Wisata : 1. Menhir
2. Areal parker
Kegiatan yang bisa dilakukan : Penelitian sejarah
Narasi Objek Wisata : Batu Nan Limo adalah nama sebuah jorong dalam wilayah kecamatan Payakumbuh terletak antara Simalanggang dan Lubuak Batingkok, daerah ini dinamakan Batu Nan Limo karena di daerah ada lima buah batu tegak.
Batu nan limo adalah wujud dari persaudaraan dari niniak nan baranam ada juga yang menyebutnya anak nan baranam yang turun dari Pariangan Padang Panjang mengembangkan wilayah di sekitar Gunung Bungsu, yaitu : Taeh, Simalanggang, Piobang, Sungai Baringin, Gurun, dan Lubuak Batingkok, dengan kebesaran masing dengan adat yang dipakai
1. Datuak Sabatang, sebagai juru adat berkedudukan di Gurun
2. Datuak Tunaro, sebagai khadi berkedudukan di Lubuak Batinggkok
3. Datuak Bandaro, sebagai rajo adat berkedudukan di Simalanggang
4. Datuak Bagindo Soik , sebagai bungo setangkai berkedudukan Taeh.
5. Datuak Rajo Baguno, sebagai dubalang berkedudukan di Piobang.
6. Datuak Banso Dirajo ,sebagai imam berkedudukan di Sungai Beringin.
Diwaktu mereka bermusyawarah untuk menyatukan adat istiadat dan pusaka dari niniak nan baranam yang dilaksanakan di Balai Nan Saruang Koto Pudiang – Simalanggang , yang disebut dengan “ bataok awan, badinding bukik, balantai bumi Allah, tiangnyo adat limbago, kebesaran anak nan baranam, himpunan bapak nan berlima “ . Dan diputuskan membawa sebuah batu dari Gunung Bungsu sebagai tanda kesepakatan, namun ada satu batu yang tidak mau dibawa yaitu batu dari Datuak nan Sabatang dari Gurun, sehingga hanya ada lima buah batu yang dapat ditanamkan, sekarang tempat batu didirikan itu bernama “ batu nan Limo “, sedangkan batu yang tidak mau dibawa itu dinamakan batu sandaran Datuak Rajo Labiah (karena berada pada ulayat Dt. Rajo Labiah di Gurun ).
Lima batu perlambang lainnya telah dikumpulkan di Jorong Batu Nan Limo,sebagai perlambang lima suku :
1. Datuak Sati dari Pasukuan Tanjuang Piobada (Payobada)
2. Datuak Simarajo dan Pasukuan Bodi Caniago.
3. Datuak Rajo Malano dari Pasukuan Melayu.
4. Datuak Bandaro Panjang Jangguk.
5. Datuak Ulak Simano (Laksamana) sebagai pendidiang Niniak Mamak.
Menurut riwayat yang diterima masa Datuak Bandaro Panjang Jangguk sebagai yang dituokan dari enam datuak yang diberi gelar Tuanku Nan Garang.
.

Jelajah Wisata

2.Benteng Tuanku Nan Garang

Nama Objek Wisata : Benteng Tuanku Nan Garang
Jenis : Objek Wisata Sejarah Dan Purbakala
Luas : ± 1,00 Ha
Lokasi : Jorong Tigo Balai Kenagarian Lubuak Tingkok Kecamatan Harau
Jarak dari IKK : ± 10,00 Km
Jarak dari IK Provinsi : ± 140,00 Km
Sarana transportasi yang tersedia ke objek wisata : Kendaraan roda dua dan roda empat Taksi, Oplet, Ojek dan Becak Wisata
Fasilitas Objek Wisata : 1. Kopel-kopel,
2. Area parkir,
3. MCK Menhir
Kegiatan yang bisa dilakukan : Penelitian benda sejarah dan melihat pemandangan alam
Narasi Objek Wisata : Kawasan Benteng Tuanku Nan Garang berada di kaki Bukit Bungsu yang agak terpisah dari pemukiman penduduk. Kawasan ini merupakan daerah batas antara Nagari Lubuak Batingkok dan Nagari Taeh Bukik yang ditandai dengan batang aur yang ditanam disepanjang perbatasan tersebut. Kawasan Wisata Benteng Tuanku Nan Garang mempunyai pemandangan alam sekitar yang masih alami, bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Namun areal objek belum terbina dengan baik, dimana areal objek belum punya pagar, masih dikelilingi rumput. Didalamnya masih ada peninggalan batu-batu benteng.
Tuanku Nan Garang, adalah salah satu tokoh Paderi yang taat dalam mengembangkan ajaran Islam di Luhak Lima Puluh Kota dan ditakuti oleh Belanda. Sewaktu Residen Sumatera Barat Mac.Gillavri mengunjungi Benteng Tendikir di Tanjung Alam, Tanah Datar pada tanggal 9 Oktober 1829, ia berkirim surat kepada Tuanku Nan Garang, yang intinya mengajak Tuanku Nan Garang dan pengikutnya bersatu dengan Belanda untuk menghadapi kaum Paderi.
Surat Residen dibalas oleh Tuanku Nan Garang menyatakan bahwa mereka tidak perlu diganggu dulu, karena rakyat Luhak Lima Puluah Kota dengan ajaran Islam telah hidup dengan aman dan tentram.
Pada Tanggal 17 dan 18 Oktober 1832 Belanda memperluas wilayahnya di Luhak Lima Puluh Koto , penyerangan suatu kampung dilereng Gunung Bungsu yaitu Koto Tangah Lubuak Batingkok rakyatnya dibawah pimpinan Tuanku Nan Garang masih belum mau menyerah kepada Belanda , sehingga terjadi pertempuran yang sengit di kaki Gunung Bungsu .
Pada tangal 19 Oktober 1832 dengan pasukan yang kuat Belanda menyerang Koto Tangah. Untuk merampungkan pertahanan Tuanku Nan Garang pemimpin yang cukup taktis dan cerdik mengajak tentra Belanda untuk berunding diluar parit pertahanan kampung. Perundingan yang disengaja untuk mengulur waktu itu tetap saja tidak mendatangkan hasil. Merasa dipermainkan tentera Belanda lalu menyerang dengan segenap kekuatan dan persenjataan yang ada.
Walaupun ditembaki dengan meriam dan periuk api tapi benteng Tuanku Nan Garang tetap bertahan. Benteng Koto Tangah yang dikelilingi parit dan aur berduri ini baru dapat ditaklukan Belanda setelah didatangkan bala bantuan tentara dan senjata berat dari Payakumbuh. Sebagai balasan atas perlawanan ini Belanda membakar kampung Koto Tangah. Tuanku Nan Garang dan pengikutnya mundur kearah utara.Untuk menaklukkan benteng Tuanku Nan Garang ini selama 4 hari (19-22 Oktober 1832) di pihak Belanda banyak yang mati.
.
Peluang Investasi : Sarana akomodasi

3.Situs Maek

Nama Objek Wisata : Situs Maek
Jenis : Objek Wisata Sejarah Dan Purbakala
Luas : ±      Ha
Lokasi : Nagari Maek
Jarak dari IKK : ± 30,00 Km
Jarak dari IK Provinsi : ± 170,00 Km
Sarana transportasi yang tersedia ke objek wisata : Kendaraan roda dua dan roda empat,ojek
Fasilitas Objek Wisata : 1. MCK Menhir
Kegiatan yang bisa dilakukan : Penelitian benda sejarah dan melihat pemandangan alam
Narasi Objek Wisata :
Di nagari/desa ini dapat disaksikan pemandangan kumpulan batu-batu menhir dengan latar belakang perkebunan tanaman gambir yang menyerupai panorama perkebunan teh di daerah Puncak, Jawa Barat. Karena pemandangan inilah, pada tahun 1981 desa Mahat dimasukkan dalam salah satu obyek wisata dari 73 obyek wisata di kabupaten ini.
Menurut sebagian sejarawan, Minanga Tamwan berada di hulu sungai Kampar, di sebelah timur kabupaten Lima Puluh Kota. Daerah ini tercantum dalam Prasasti Kedukan Bukit sebagai daerah asal Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut Dapunta Hyang membawa 20.000 tentara dengan perbekalan sebanyak dua ratus peti berjalan dengan perahu, dan yang berjalan kaki sebanyak seribu tiga ratus dua belas orang. Tambo Minangkabau mencatat bahwa Dapunta Hyang turun dari Gunung Marapi ke Minanga Tamwan dan keturunannya meluaskan rantau ke selatan Sumatera.[1] Minanga Tamwan atau Minanga Kabwa diperkirakan merupakan asal usul nama Minangkabau.